3 Hal Harus Diwaspadai Saat Demam Tinggi Terjadi Pada Anak
https://clinic-sehat.blogspot.com/2018/12/3-hal-harus-diwaspadai-saat-demam.html
Kepanikan dan kebingungan
yang dialami oleh sang ibu dalam iklan bukannya tak beralasan, demam memang
dapat berbahaya jika tidak diatasi dengan tepat, apalagi demam yang dialami
termasuk demam tinggi.
Sebenarnya demam merupakan
reaksi perlawanan normal yang dilakukan tubuh dalam menghadapi serangan kuman.
Demam sendiri merupakan kenaikan suhu tubuh di atas suhu tubuh normal
sehari-hari pada anak, biasanya anak dikatakan demam jika suhu tubuh diatas
37.50 C. Pada kondisi demam ringan, ayah dan bunda tidak perlu memberikan obat
penurun panas. Anak cukup diberikan minum yang banyak dan istirahat, atau bagi
bayi yang masih diberikan ASI, ibu hanya perlu menyusuinya dengan lebih sering.
Namun demikian, terkadang
demam pada anak tidak kunjung turun dan malah terus merangkak naik. Apalagi
kondisi tersebut sering disertai dengan anak malas makan dan mual muntah.
Apabila kondisi itu dibiarkan, tentu akan menimbulkan bahaya-bahaya lainnya.
Agar orangtua mewaspadai kondisi berbahaya ketika anak sedang demam tinggi, yuk
simak 4 hal berikut ini.
1. Kejang
Sekitar tiga persen anak
usia enam bulan sampai dengan tiga tahun mengalami kejang pada saat demam.
Kejang mungkin kondisi yang paling ayah dan bunda takutkan ketika buah hati
demam tinggi. Kejang merupakan kondisi yang paling sering terjadi pada saat
anak menderita demam tinggi. Walaupun resiko kerusakan pada otak akibat kejang
terhitung rendah, namun kejang tetap memiliki resiko menyebabkan kerusakan pada
otak secara permanen.
Apabila kejang terjadi
pada buah hati anda, segera letakkan batang sendok yang telah dililit dengan
kain lembut sebelumnya agar lidah anak tidak tergigit dan rongga mulut anak tidak mengalami luka. Kejang biasanya
berlangsung selama dua menit, jika durasi kejang memanjang dan terjadi
berulang-ulang segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Untuk mencegah
terjadinya kejang akibat demam tinggi, orangtua boleh memberikan obat penurun
panas dan melakukan kompres air hangat pada setiap lipatan tubuh.
2. Infeksi berat
Demam merupakan tanda dan
gejala dari adanya infeksi yang terjadi dalam tubuh anak. Jika anak demam
sangat tinggi bahkan melebihi 400 C, maka orangtua perlu mencurigai adanya
infeksi berat akibat virus atau bakteri jahat yang dapat menyebabkan penyakit
pneumonia, meningitis atau penyakit berat lainnya. Jika infeksi berat tidak
segera dideteksi dan ditangani, maka kondisi tubuh anak akan semakin menurun
dan menyebabkan terjadinya syok.
Untuk memastikan adanya
infeksi berat atau bukan, jalan satu-satunya adalah melakukan pemeriksaan
laboratorium di rumah sakit. Jika hasil pemeriksaan darah di laboratorium
menunjukkan nilai leukosit/sel darah putih yang tinggi, anak biasanya akan
memerlukan perawatan di rumah sakit untuk menjalani pengobatan.
3. Overdosis obat penurun panas
Demi hasil yang cepat dan
instan, biasanya orangtua lebih memilih penggunaan obat penurun panas ketika
sang buah hati menderita demam. Akan tetapi, tanpa dosis yang tepat dan
cenderung berlebihan, obat penurun panas seperti paracetamol dan ibuprofen akan
memberikan efek samping negatif yang tak kalah berbahaya. Efek samping dari
berlebihannya dosis paracetamol dan ibuprofen yang sangat berbahaya adalah
keracunan hati dan ginjal.
Penelitian yang
dipublikasikan dalam American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa dosis aman
bagi anak untuk pemberian obat penurun panas adalah 10-15 mg per kilogram berat
badan. Dosis tersebut boleh diberikan setiap 4-6 jam jika demam pada anak
berulang, dengan maksimal dosis dalam sehari adalah 90 mg per kilogram berat
badan. Misalnya seorang anak memiliki
berat badan 20 Kg, maka dosis yang aman ialah sekitar 200-300 mg dalam sekali
pemberian obat penurun panas dengan dosis maksimal dalam sehari adalah 1800mg.