Alasan Agar Jamaah Haji Tidak Berfoto Dengan Unta
https://clinic-sehat.blogspot.com/2019/07/alasan-agar-jamaah-haji-tidak-berfoto.html
Musim haji telah tiba, para jemaah
haji dari seluruh dunia akan menjalankan ibadah rukun islam kelima selama satu
bulan di tanah suci. Guna meminimalkan risiko sakit pada jemaah haji Indonesia ,
Kementerian kesehatan menerapkan upaya preventif, mulai dari vaksin,
menyediakan tenaga pelayan jemaah, hingga memberi imbauan untuk tidak
berswafoto dengan unta. Indonesia
sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia memberangkatkan 529
kloter jemaah haji yang dibagi dalam dua gelombang penerbangan.
Gelombang
pertama diterbangkan pada 6-19 Juli 2019, sementara gelombang II diberangkatkan
tanggal 20 Juli-5 Agustus 2019. Kloter pertama dari gelombang I akan
memberangkatkan dua kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB) dan dua lainnya dari
Embarkasi Batam (BTH). Dengan perubahan cuaca yang ekstrem serta jumlah jemaah
yang besar, persoalan kesehatan menjadi fokus utama untuk ditangani. Apalagi,
tahun ini diperkirakan suhu di Tanah Suci mencapai 50 derajat celcius.
Kementerian Kesehatan pun telah menyiapkan 79 ton obat-obatan untuk para
jemaah, termasuk yang berbentuk cairan.
Selama ini, penyakit yang paling
banyak jemaah masih berkisar infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan batuk.
Namun, untuk mencegah penyebaran penyakit lain seperti zoonosis Middle East
Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV), Kemenkes mengimbau jemaah
meminimalkan kontak dengan unta. Apalagi, kegiatan berswafoto dengan binatang
gurun ini cukup sering dilakukan para jemaah. “Larangan bukan berarti tidak
boleh sama sekali. Tapi kita tidak tahu, mana unta yang sehat atau sakit. Jadi
lebih baik dihindari,” ucap Siti Nadia Tirmizi,
Direktur Penyakit Tular Vektor
dan Zoonotik (PTVz) saat disambangi Tirto di Kantor Kemenkes. MERS CoV
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (berbeda dengan
SARS). Virus ini biasanya menginfeksi saluran pernapasan dan pencernaan.
Pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. MERS CoV merupakan jenis
penyakit zoonosis yang bisa menyebar melalui hewan ke manusia dan menular antar
manusia. Unta termasuk hewan yang ditengarai menjadi transmitor utama penyakit
ini di jazirah arab, sehingga wajar jika Kemenkes mengeluarkan larangan untuk
tidak mengambil gambar di dekat hewan tersebut. Penularan virus ini bisa lewat
percikan dahak (droplet) pada saat batuk atau bersin, atau melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi dengan virus tersebut. “Upaya Saudi melakukan
pencegahan seperti memberi desinfektan ke unta sudah cukup baik. Tapi rangkaian
kegiatan haji sangat panjang, bikin capek dan imun bisa turun,” lanjut Nadia.
Celah menurunnya imunitas tubuh itulah
yang bisa membikin virus mudah masuk ke dalam tubuh. MERS CoV dapat dideteksi
ketika seseorang merasakan gejala demam, batuk dan sesak nafas akut. Kelompok
berisiko tinggi tertular termasuk mereka yang berusia lanjut (lebih dari 60
tahun), anak-anak, wanita hamil, dan penderita penyakit kronis. Meski hingga
saat ini belum ditemukan jemaah haji yang pulang ke Indonesia membawa MERS CoV. Namun,
fokus yang membikin
Kemenkes mengeluarkan larangan berswafoto dengan unta
adalah fakta penyakit ini belum memiliki vaksin atau pengobatan bersifat
spesifik. “Penyebaran MERS CoV ini luar biasa cepat. Satu orang pembawa virus
bisa menularkan ke seluruh penumpang pesawat dalam sekali penerbangan.” Saat
ini MERS CoV baru bisa diobati dengan melakukan penyesuaian tindakan medis
berdasar kondisi masing-masing pasien. Namun, para jemaah haji bisa melakukan
pencegahan supaya tidak tertular virus dengan perilaku hidup bersih dan sehat
seperti selalu mencuci tangan memakai sabun/antiseptik, menghindari kontak erat
dengan penderita/hewan penular, menggunakan masker, dan selalu mengkonsumsi
makanan dan minuman yang dimasak dengan baik.